Sudah menjadi sunatullah bahwa roda kehidupan ini akan selalu berputar, dan masa kejayaan dan kehancuran adalah sesuatu yang dipergilir...
Sudah menjadi sunatullah bahwa roda kehidupan ini akan selalu berputar, dan masa kejayaan dan kehancuran adalah sesuatu yang dipergilirkan di antara manusia. Ada kalanya Allah menjadikan posisi seorang hamba benar-benar berada di bawah hingga kehidupan terasa begitu sempit baginya, seakan-akan tidak ada lagi jalan keluar yang bisa dilalui. Akan tetapi ada masanya Allah SWT mengangkat derajatnya hingga berada di atas sehingga dia bisa memberi kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi sesama. Demikianlah, waktu berlalu dan ketetapan Allah SWT berlaku, meliputi segala sesuatu.
Cita-cita tertinggi setiap perjuangan adalah kemenangan, dan Allah SWT telah menjanjikan hal itu. Apabila suatu kaum mulai lalai dengan ketaatan pada-Nya, maka Allah SWT akan menggantinya dengan kaum yang lebih baik, yang Allah SWT cinta pada mereka dan mereka pun cinta pada Allah (Al Maidah :54).
Mereka adalah generasi pilihan, yang tidak takut pada celaan orang-orang yang mencela. Mereka mendahulukan ridho Allah SWT daripada ridho manusia.
Janji Allah SWT itu pasti. Akan tetapi, bukan berarti kita hanya diam berpangku tangan menanti datangnya keajaiban. Allah SWT akan menunjukkan bagi kaum yang dikehendaki meraih kemenangan itu jalan yang akan mengantarkan pada kejayaan. Maka tugas kita adalah menempuh jalan itu dengan sebaik-baik persiapan.
Kewajiban kita adalah memenuhi syarat-syaratnya agar dengannya kita pantas meraih kemenangan. Setidaknya, ada tiga syarat untuk meraih kemenangan.
Syarat pertama, memperbaiki kualitas keimanan dan ketaqwaan. Firman Allah SWT ”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi ...”( QS Al A’raf: 96). Iman yang dimaksud adalah sebenar-benar iman, yakni mengimani apa yang disampaikan oleh Rasul SAW, membenarkannya, mengikutinya, mengerjakan amal-amal yang diperintahkan dan menjauhi semua yang diharamkan.
Syarat kedua, melakukan perjuangan dengan kesabaran. Perjuangan dakwah bukanlah jalan yang menyenangkan, bahkan sebaliknya merupakan jalan panjang penuh onak dan duri. Tantangan, hambatan, celaan, permusuhan dan berbagai macam kendala selalu menyertai. Karena itu, Allah SWT mensyaratkan sabar bagi para pelakunya. Karena ketergesaan akan melemahkan, ketidaksabaran akan menghancurkan.
Syarat ketiga, taqarrub ilallah. Kedekatan pada Allah SWT merupakan syarat utama kemenangan. Maka, wajib bagi kita untuk senantiasa mendekatkan diri pada Allah SWT jika kita mengharapkan kemenangan.
Kedekatan ini bisa kita bangun melalui ibadah wajib maupun sunnah. Dengan ibadah itu kita ketuk pintu langit, kita panjatkan doa-doa dengan sepenuh keyakinan seorang hamba.
Genderang perjuangan telah ditabuh, masa-masa istirahat telah usai. Sudah saatnya kita mengawalinya dengan memenuhi ketiga syarat tersebut. Tak ketinggalan, siapkan perbekalan yang mencukupi dan berikan pengorbanan yang terbaik, berupa harta dan jiwa. Dan pengorbanan selalu diawali dengan harta, karena harta merupakan sarana awal untuk mengorbankan yang lainnya. Dan keadaan saat ini merupakan medan pembuktian, siapa yang sungguh-sungguh berkarya dan siapa yang hanya sibuk berkata-kata saja. Siapa yang siap berkorban dan siapa yang hanya menjadi penonton.
Para sahabat merupakan sebaik-baik teladan dalam masalah pengorbanan ini. Suatu ketika Rasulullah SAW mengumumkan akan berangkat perang, yakni memerangi kaum Tabuk.
Dalam sejarah, Perang Tabuk ini merupakan perang yang paling berat karena terjadi pada musim panas serta dalam kondisi paceklik. Maka para sahabat seperti Abu Bakar, Umar, dan lain-lainnya segera memenuhi seruan tersebut dan berlomba memberikan yang terbaik. Sahabat Ustman bin Affan menginfakkan 300 unta beserta pelananya.
Jika Allah SWT telah membukakan jalan, maka segeralah kita menyamakan visi dan menyatukan langkah. Perpecahan dan kemaksiatan bisa menjadi penyebab kekalahan, sebagaimana kata Umar RA ”Bukan sedikitnya pasukan yang aku khawatirkan akan tetapi kemaksiatan kalian yang aku takutkan.”
Maka, marilah kita bersabar, menguatkan kesabaran itu dan tetap bersiap-siaga serta bertaqwa agar kita beruntung (Ali Imran: 200). Dan janganlah kita merasa takut karena sedikitnya jumlah. Bukankah pasukan Thalut yang berjumlah enam ribu mampu mengalahkan pasukan Jalut yang jumlahnya berkali-kali lipat? Maka berkatalah pasukan Thalut yang meyakini bahwa mereka akan bertemu Allah, ”Betapa banyak kelompok kecil mampu mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” (Al Baqarah: 249). Allahu Akbar.
[Ummu Syauqi]
COMMENTS